Archive for April, 2010

Tata Cara Mengkafani Jenazah

Yang perlu diperhatikan adalah sebelum mengkafani mayit sebaiknya mayit dipakaikan celana dalam terlebih dahulu baru kemudian dikafani, berikut tata cara mengkafani jenazah :

  1. Siapkan kain kafan
  2. Potong sesuai ukuran kain kafan, yaitu : kurang lebih 15.5 meter dengan aturan potongan kain :

a)       Kafan 2 lapis dengan panjang @ 2,5 m X lebar kain + 0,5 m lebar potong kain. Total 7,5 meter

b)       Baju dengan panjang 2,5 meter, diambil 2/3 dari lebar. Sisanya 1/3 untuk sorban. Total 2,5 meter

c)        1,5 meter untuk lengan baju, 2/3 dari lebar untuk baju. Sisanya 1/3 untuk anak baju. Total 1,5 meter

d)       1 meter untuk sal atau selendang. Total 1 meter

e)       1,5 meter untuk ikat pinggang (1/3 dari lebar). Total 1,5 meter

  1. Baru kemdian kita melakukan pengkafanan, caranya :

Mula-mula kita siapkan segala sesuatunya yang diper-lukan untuk mengkafani mayat (kain kafan dan lain-lain). Kemudian sobek / koyak bagian tepi kain kafan tersebut, setelah itu potong kain kafan tersebut (sesuaikan dengan ukuran pemotongan kain kafan sebagaimana telah disebut pada huruf B dari aturan pemotongan kain kafan). Hal tersebut hendaklah disesuaikan dengan kondisi badan / fisik si mayat.
Seterusnya buatlah bajunya, kain sarungnya, cawatnya serta sorban bagi mayat laki-laki atau kerudung bagi mayat perempuan. Disunnatkan pada pertama kali menyobek kain tersebut dengan membaca :

(Allahummaj’al libaasahu (ha) ‘anil kariim wa adkhilhu (ha) Ya Allahu ta’ala birahmatikal Jannata yaa arhamarraahimiin.

Adapun cara meletakkan kain kafan itu ialah dibujurkan ke arah kiblat (letak kaki mayat ke arah qiblat) jika tempat mengizinkan. Susunannya adalah sebagai berikut :
a. Letakkan tali kain kafan sebanyak 5 helai
b. Kain kafan pertama dibentangkan
c. Ikat pinggang mayat dibentangkan
d. Kain kafan kedua dibentangkan
e. Selendang / sal dipasang
f. Sorban dibentangkan di atas sal / selendang
g. Baju dibentangkan
h. Anak baju dibentangkan di atas baju
i. Kain sarung dibentangkan di atas baju
j. Kapas ditebarkan di atas baju dan kain sarung
k. Selasih serbuk cendana dan wewangian ditabur di atas kapas
Hendaknyalah mendahulukan kain yang kanan dari pada kain yang kiri

Link relevan : infosurga.blogspot.com

ACARA TAHUNAN di Jepang

JANUARI ::1 dan senin ke-2::

“Hari Tahun Baru”

menandai tahun baru dimulai

“Seijin-shiki (Hari Kedewasaan/ Coming of Age)”

upacara khusus di seluruh Jepang bagi orang@ yang mencapai usia 20 tahun, untuk menegaskan bahwa mereka telah menjadi dewasa dan mendorong mereka untuk bersikap mandiri.

FEBRUARI ::tgl 2 atau 3, dan 11::

“Setsubun (Upacara Melempar Kedelai)”

Hari menjelang mulainya musim semi berdasarkan sistem kalender kuno Jepang: Orang menebarkan biji-biji kedelai yang sudah dipanggang untuk mengusir setan (nasib buruk).

“Hari Pembentukan Negara”

bertujuan untuk membina rasa cinta rakyat terhadap negaranya.

MARET ::tgl 3 dan 21::

“Hinamatsuri” (Festival Boneka atau Festival Anak Perempuan).

“Vernal Equinox Day”

(Hari ketika siang dan malam sama lamanya, tatkala matahari pas melintasi ekuator).

Rakyat berterima kasih kepada alam dan memperlihatkan rasa sayang kepada makhluk hidup.

APRIL ::tgl 29::

“Green Day (Hari Hijau)”

Hari libur nasional ini mendorong rakyat untuk menikmati dan menghormati alam. Hingga tahun 1988 hari ini dirayakan sebagai hari ulang tahun Kaisar Showa, yang suka menanam pepohonan.

MEI ::tgl 3, 5, Minggu ke-2::

“Hari Konstitusi”

Rakyat memperingati berlakunya Konstitusi Jepang dan mengharapkan majunya pembangunan negara.

“Hari Anak-anak”

“Hari Ibu”

Hari menyatakan rasa terima kasih kepada para ibu, umumnya ditandai dengan memberikan bunga Carnation

JUNI ::minggu ke-3::

“Hari Ayah”

Hari menyatakan rasa terima kasih kepada para ayah

JULI ::tgl 7, senin ke-3::

“Tanabata (Festival Bintang)”

“Hari Laut”

Hari untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas anugerah laut serta harapan akan kemakmuran Jepang yang merupakan sebuah negeri laut.

AGUSTUS ::Pertenganhan::

“Festival Bon”

SEPTEMBER ::Senin ke-3, pertengahan, dan tgl 23::

“Hari untuk Menghormati Kaum Manula”

Hari untuk mengungkapkan rasa hormat kepada orang-orang yang berusia lanjut, yang telah bekerja keras bagi masyarakat selama bertahun-tahun, dan merayakan panjang usianya.

“Hari Menikmati Sinar Rembulan (Musim Gugur)”

Kue mochi dan rumput susuki diletakkan dekat jendela sebagai ‘persembahan’ bagi rembulan, dan orang menikmati saat-saat memandangi keindahan bulan purnama.

“Autumnal Equinox Day”

(Hari ketika siang dan malam sama lamanya, ketika matahari tepat melintasi garis khatulistiwa)

Orang mengungkapkan rasa hormat kepada arwah para leluhur dan mengingat kembali mereka yang telah meninggal dunia.

OKTOBER

“Hari Olahraga”

Rakyat menikmati olahraga dan membina pikiran dan tubuh yang sehat

NOVEMBER ::tgl 3, 15, 23::

“Hari Kebudayaan”

Rakyat menunjukkan rasa cinta terhadap kebebasan dan perdamaian dan melibatkan diri dalam berbagai kegiatan kebudayaan

“Shichi-Go-San (Festival 7-5-3) ”

Lihat keterangan

“Hari Pekerja (Labour’s Day)”

Hari untuk menghormati para pekerja, merayakan produksi, dan saling mengungkapkan rasa terima kasih

DESEMBER ::tgl 23,25,31::

“Hari Ulang Tahun Kaisar”

Rakyat merayakan ulang tahun Kaisar Akihito.

“Hari Natal”

Banyak orang mengikuti kebiasaan melakukan tukar-menukar hadiah dengan anggota keluarga dan rekan dan menikmati makan khusus bersama pada hari ini.

“Malam Tahun Baru”

Menjelang tengah malam, kuil-kuil di seluruh Jepang akan mulai mendentangkan loncengnya. Menurut kepercayaan Budhis, manusia mempunyai 108 nafsu duniawi. Berdentangnya lonceng sebanyak 108 kali merupakan salah satu cara untuk mengusir (membersihkan) satu-persatu nafsu-nafsu demikian.

Selain itu ada kebiasaan memakan soba (semacam mie) pada malam Tahun Baru sebagai perlambang harapan akan panjang umur dan kesehatan yang baik di tahun yang baru. Mie merupakan pilihan karena bentunya panjang dan dapat direntangkan; dipercaya melambangkan hidup yang lama dan bahagia.

KETERANGAN:

1. Osechi Ryori

Masakan yang disajikan pada Tahun Baru

2. Hinamatsuri

Festival ini diadakan guna mendoakan pertumbuhan dan kebahagiaan anak-anak perempuan. Banyak keluarga yang mempunyai gadis cilik memajang rak boneka yangmenampilkan seoerangkat boneka yang berkostum ala bangsawan kuno, bersama dengan bunga persik. Pada hari ini disajikan makanan kecil yang disebut arare yang dibuat dari beras dan minuman amasake, minuman dari beras yang difermentasi tapi tidak beralkohol.

3. Hari Anak-anak

Nama tradisional untuk hari ini adalah Tanggo no Sekku dan di masa lampau, pada hari ini orang-orang melakukan acara pengusiran roh-roh jahat dengan bunga iris. Belakangan, hari ini menjadi hari untuk mendoakan pertumbuhan anak laki-laki, yang kemudian menjadi hari raya bagi semua anak. Tetapi bagi rumah yang memiliki anak laku-laki, mereka akan memajang boneka samurai atau replika baju perang dengan topi kabuto dan memasang umbul-umbul ikan koi. IkanKoi adalah ikan yang dapat berenang melawan arus deras, karena itu diharapkan anak laki-laki tersebut menjadi anak yang kuat, percaya diri dan sukses.

4. Tanabata

Festival ini mencampur sebuah legenda Cina dengan kepercayaan kuno Jepang mengenai dua buah bintang yang terletak di kedua ujung Bimasakti yaitu Bintang Altair (si Pengembala) dan Bintang Vega (si Penenun). Mereka dihukum oleh Raja Dewa karena terlalu banyak bermain sehingga hanya dapat bertemu satu tahun sekali yaitupada 7 Juli.

Orang-orang menuliskan keinginan pada sebuah kertas warna dan menggantungkannya di pohon bambu. Harapan mereka dipercaya akan terkabul apabila pada hari itu hujan tidak turun.

5. Festival Bon

Festival Bon adalahsebuah event Budhis yang diadakan pada tanggal 13-15 Juli atau dalam bulan Agustus (tergantung daerah). Festival ini dipersembahkan bagi arwah para leluhur. Dipercaya bahwa pada hari-hari ini arwah mereka akan pulang ke rumah. Untuk itu mereka akan memasang penerangan dan api selamat datang di pintu depan rumah untuk mengarahkan arwah-arwah tersebut ke rumah, memasang lentera di dalam, membersihkan altar rumah, menyediakan sajian dan berdoa bagi ketenangan arwah para leluhur.

Pada akhir Festival, sekali lagi orang-orang akan memasang penerangan di pintu terdepan rumah sebagai pengantar arwah leluhur keluar dari rumah dan mengapungkan sesajen di sungai atau laut untuk menemani mereka pulang ke alam sana.

6. Shichi-Go-San

Pada hari ini para orang tua yang mempunyai anak-anak laki-laki berusia 3 atau 5 tahun atau anak perempuan yang berusia 3 atau 7 tahun akan membawa mereka ke kuil untuk mendoakan kesehatan dan pertumbuhan mereka. Usia 3, 5 dan 7 dipilih karena dipercaya sebagai angka ganjil yang membawa keberuntungan. Anak-anak tersebut juga akan mendapat permen khusus yang disebut chitose ame, yang dimasukkan dalam kantong bergambar bangau dan kura-kura. Chitose berarti seribu tahun dan bangau serta kura-kura juga merupakan lambang panjang umur.

Buat km yang mau liburan ke Jepang maka tentukan mana waktu km, biar ga sia-sia pergi ke Jepang nya. Semoga informasi ini bisa membantu. tks